Tanggal Berapa Hari Kelahiran WR Supratman... - BERITA86INDO

Hot

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sabtu, 23 Maret 2019

Tanggal Berapa Hari Kelahiran WR Supratman...


  Berita86INDO - Tak lama setelah tangis pertama bayi laki-laki itu pecah pada Maret 1903, ia diberi sebuah nama yang jadi penanda hari lahirnya: Wage.
Wage adalah nama hari ketiga dalam sistem pancawara atau pasaran. Nama yang lumrah untuk orang Jawa, selain Legi, Pahing, Pon, dan Kliwon.
Beberapa hari kemudian, sang ayah, Sersan KNIL Djoemeno Senen Sastrosoehardjo menambahkannya nama belakang Supratman. Juga pernyataan bahwa putra ketujuhnya itu lahir di tangsi Meester Cornelis, sekarang Jatinegara, Jakarta.
Setelah ayahnya pensiun, bocah itu ikut kakak perempuannya, Rukiyem Supratiyah van Eldik, ke Makassar pada 1914. Diangkat jadi anak. Rukiyem menikah dengan pria keturunan Belanda.
Di sanalah, ia mendapatkan nama ketiganya, Rudolf. "Dengan tambahan nama itu, Supratman dapat masuk Europese Lagere School (ELS) dan statusnya disamakan dengan Belanda totok," demikian dikutip dari artikel yang dipublikasikan dalam Majalah Senakatha edisi 17 Oktober 1993. "Jadi lengkaplah namanya Wage Rudolf Supratman."
Belakangan, Supratman diperintahkan keluar dari ELS setelah terkuak bahwa ia bukan keturunan Belanda atau bangsa Eropa mana pun. Ia pun melanjutkan pendidikan di sekolah berbahaya Melayu.
Selama di Makassar itu juga ia berkenalan dengan musik. WR Supratman belajar memainkan gitar dan biola. Kakak iparnya, van Eldik, memberikan hadiah sebuah biola di ulang tahunnya ke-17 pada 1920.
Punya bakat, WR Supratman lantas bergabung dengan kakak iparnya dalam band beraliran jazz, Black & White. Hampir tiap malam mereka main di gedung Soecieteit Makassar.
Nama Meneer Supratman mendadak sontak terkenal di kalangan gadis-gadis Indo yang terpesona dengan gesekan biolanya.
Selain jadi pemusik, WR Supratman pernah jadi guru, bahkan wartawan di sejumlah media di Bandung hingga Batavia: Kaoem Muda, Biro Pers Alpena (Algeme Pers Nieus Agency), hingga koran Sin Po--mendekatkannya dengan para aktivis kemerdekaan.
Cita-cita 'Satu Nusa, Satu Bangsa, Indonesia Raya' menggetarkan hati pemuda yang sakit-sakitan itu. Saat itulah ia bertekad menggubah lagu untuk mengiringi perjuangan tersebut.
"Mas Tabrani, saya terharu kepada semua pidato yang diucapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia I. Terutama pidato Mas Tabrani dan Sumarto. Citap-cita Satu Nusa, Satu Bangsa yang digelari Indonesia Raya itu akan saya buat dan namanya Indonesia Raya," demikian yang disampaikan WR Supratman pada tokoh pemuda, M Tabrani.

 Lagu itu kemudian diperdengarkan pada malam penutupan Kongres Pemuda II di Gedung Indonesich Clubgebow di Jalan Kramat Raya 106 pada 28 Oktober 1928. Hanya musik, tanpa teks.
Suasana senyap saat WR Supratman memainkan biolanya. Selama lima menit itu semua orang terpaku. Ada getar yang tak bisa diwakilkan dengan kata-kata saat mendengar iramanya.
Jelang akhir tahun 1928, Indonesia Raya akhirnya dinyanyikan, masih dengan iringan biola WR Supratman. Lagu itu lantas populer.
Di sisi lain, penjajah dari Negeri Belanda tak senang. Terutama karena kata 'merdeka' yang diulang-ulang dalam Indonesia Raya. Itu tindakan radikal, kata mereka. WR Supratman pun dituduh menghasut.
Sejak itulah hidupnya tak tenang. Gerak-geriknya diawasi. Ia merasa diintai seribu mata. WR Supratman bahkan nyaris dilandrat gara-gara mencantumkan kata merdeka dalam lirik lagunya. Polisi juga sempat memeriksanya. 
"Ia jadi sering mengurung diri bekerja dalam kamar yang sunyi," demikian dikutip dari buku Meluruskan Sejarah dan Riwayat Hidup Pencipta Lagu Kebangsaan Republik Indonesiakarangan Anthony C. Hutabarat.
WR Supratman tak pernah menikmati kemerdekaan yang ia cita-citakan. Ia bahkan berpulang saat ibu pertiwi dalam kondisi terjajah.
Hari itu 17 Agustus 1938, tanggal yang sama dengan kemerdekaan RI tujuh tahun kemudian, ia mengembuskan napas paripurna. WR Supratman dilaporkan meninggal dunia akibat batuk yang lama diidapnya.
Tak banyak orang yang mengantarnya ke pemakaman. Sosoknya nyaris terlupakan. Hanya sekitar 40 orang yang melayat hingga liang lahad. WR Supratman dimakamkan secara Islam, dimandikan, dan dibalut kain kafan.
Pada 1971, WR Supratman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Kemudian tanggal lahirnya, 9 Maret 1903 dijadikan Hari Musik Nasional. Yang belakangan itu kemudian jadi polemik...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot