Berita86INDO-Serangan udara
dan artileri Amerika, Inggris dan Prancis terhadap ISIS di Raqqa, Suriah, menewaskan lebih
dari 1.600 warga sipilm. Demikian menurut penyelidikan Amnesty International.
Menurut pemberitaan VOA
Indonesia yang dikutip Jumat (26/4/2019), tim peneliti menggabungkan
hasil hitungan langsung dengan sumber terbuka dan data satelit untuk
mengidentifikasi masing-masing serangan udara di kota Suriah itu dan korban.
Seperti dilaporkan
wartawan VOA Henry Ridgwell dari London, pasukan koalisi
mengakui beberapa warga sipil tewas dalam operasi tahun 2017 tetapi membantah
jumlahnya.
Serangan koalisi untuk merebut
kembali ibu kota Raqqa, yang dinyatakan ISIS sebagai ibu kota kekhalifahannya,
dimulai Juni 2017. Selama lima bulan, Amnesty international, organisasi HAM,
mengklaim serangan itu menewaskan lebih dari 1.600 warga sipil.
Setelah penyelidikan dua
tahun, Amnesty mengumpulkan nama lebih dari 1.000 korban dan memverifikasi 641
kematian di Raqqa.
Amnesty bekerja bersama
kelompok penyelidik Airwars selama dua bulan di Raqqa, mewawancarai penyintas
dan mendatangi lokasi serangan di kota di Suriah itu.
Metode Penelitian
Bom fosfor putih dijatuhkan di Raqqa awal Juni 2017 lalu, saat Pasukan
Demokratik Suriah (SDF) yang disokong Amerika Serikat mulai melakukan operasi
militer untuk merebut ibu kota de facto ISIS tersebut (AFP)
Peneliti menggunakan sumber terbuka dan data
satelit untuk mencari-tahu kapan masing-masing dari lebih 11 ribu bangunan
hancur di Raqqa dihantam. Mereka membuat rekonstruksi virtual 3D dari kota yang
hancur itu.
Donatella Rovera dari Amnesty
International mengatakan, "Ribuan sukarelawan di seluruh dunia secara
online mempelajari lebih dari 2 juta bingkai gambar satelit. Pada saat sama,
ada rekan laboratorium bukti yang bermitra dengan beberapa universitas, dan
kami meminta mahasiswa mempelajari setiap informasi yang keluar dari Raqqa,
setiap video, setiap unggahan di Facebook tentang lokasi orang, dan ucapan
belasungkawa atas kerabat yang meninggal."
Rovera mengatakan beberapa
serangan koalisi jelas-jelas tidak pandang bulu.
"Pasukan Amerika bangga
karena menggunakan lebih banyak artileri di Raqqa daripada di tempat mana pun
sejak perang Vietnam. Itu tidak perlu dibanggakan karena risiko bagi warga
sipil tidak bisa diterima. Dan tentang tembakan udara, tembakan itu memang
tepat tetapi setiap ketepatan tembakan jelas hanya setepat kecerdasan
Anda," tambahnya.
Tempat Kekhalifahan ISIS
Kompleks bangunan apartemen sisa perang Suriah di Aleppo roboh, menyebabkan
11 orang tewas (AFP/George Ourfalian)
Dalam video propaganda, ISIS menggambarkan Raqqa
sebagai ibu kota utopia kekhalifahannya.
Amnesty mengatakan, kelompok
teror itu menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, memasang ranjau pada
jalur keluar dari kota itu dan menembak siapa saja yang mencoba melarikan diri.
Tetapi peneliti mengatakan
pasukan koalisi juga harus mengakui tanggung jawab atas besarnya jumlah korban.
Menanggapi bukti yang ada,
menurut Amnesty, pasukan koalisi mengakui kematian warga sipil dalam jumlah
yang jauh lebih kecil.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar