Berita86INDO-China memang luar biasa selain
ekonomi terbesar di dunia, negara ini demikian melek teknologi informasi yang
dapat ditemui di semua kehidupan warganya.
Termasuk urusan kuburan
alias pemakaman.
Beberapa kota negeri berjuluk tirai bambu ini, mengembangkan konsep pekuburan
ramah lingkungan, sementara kota lainnya membangun kuburan berbasis digital.
Hal ini mereka lakukan, tak lain karena harga tanah yang terus
meningkat dan penduduk yang makin padat.
Tentu saja
kondisi ini memaksa banyak keluarga harus mengeluarkan uang lebih untuk
menguburkan kerabatnya.
Kurangnya
lahan juga membuat permintaan area pemakaman sangat diminati.
Melansir The
Guardian, Jumat (5/4/2019), di kota-kota seperti Beijing, rata-rata harga lot pemakaman
lebih dari 100.000 yuan atau sekitar Rp 210,34 juta.
Sementara,
harga lot kuburan tradisional di Tianshou, salah satu kuburan paling populer di
ibu kota China itu, mencapai 29.800 yuan hingga 288.000 yuan atau Rp 62,68
juta-Rp 605,82 juta.
Mahalnya
harga tanah pemakaman ini juga membuat beberapa keluarga membeli apartemen
khusus untuk menempatkan sisa-sisa kerabat mereka.
Untuk
mengatasi hal ini, para pejabat mengeluarkan pedoman guna mendorong lebih
banyak proses penguburan yang lebih ramah lingkungan, daripada mendirikan
banyak nisan di makam.
Dengan cara
pemakaman ramah lingkungan, abu jenazah atau sisa-sisa tubuh kerabat ke dalam
guci dapat hancur di tanah.
Area yang
dikhususkan untuk penguburan ramah lingkungan berkapasitas lebih dari 2.000 guci
yang terkubur di tanah.
Pengelola
uburan juga tidak menyediakan tanda maupun lot khusus. Sedangkan jika
menggunakan metode penguburan tradisional, area yang sama hanya akan menampung
sekitar 500 hingga 600 lot kuburan.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar