Berita86INDO - Sedikitnya 20 orang
tewas dan 48 lainnya luka-luka akibat bom bunuh diri yang menargetkan minoritas
etnis Syiah Hazara di pasar buah yang ramai di Quetta, Pakistan. Bagian tubuh
berserakan di tempat kejadian dan orang-orang yang terluka berteriak minta
tolong ketika asap hitam menyelimuti pasar setelah ledakan.
Sebuah faksi Taliban Pakistan mengklaim serangan itu, yang terjadi di Ibu Kota provinsi Balochistan barat daya. Kelompok itu mengatakan mereka berkolaborasi dengan Lashkar-e-Jhangvi (LeJ), yang telah berada di balik berbagai serangan berdarah terhadap Muslim Syiah di Pakistan. Namun tidak ada konfirmasi segera dari LeJ.
Balochistan - yang berbatasan dengan Afghanistan dan Iran - adalah provinsi terbesar dan termiskin di Pakistan, penuh dengan pemberontakan etnis, sektarian dan separatis.Menteri Dalam Negeri Balochistan Zia Ullah Langu mengungkapkan jumlah korban dan mengkonfirmasi itu adalah bom bunuh diri. Ia menambahkan bahwa dua orang yang tewas adalah anak-anak.
Kepala polisi provinsi Mohsin Butt mengatakan delapan Syiah Hazara termasuk di antara korban.
Bom tersebut meledak di dekat sebuah situs di mana produk sedang dimuat untuk distribusi di sekitar pasar.
"Saya sedang memuat truk kecil dan saya mendengar dentuman besar dan sepertinya bumi di bawah saya terguncang dan saya jatuh," kata Irfan Khan, seorang pekerja, dari ranjang rumah sakitnya.
"Suasana dipenuhi asap hitam dan saya tidak bisa melihat apa-apa, saya bisa mendengar orang-orang berteriak minta tolong dan saya juga berteriak minta tolong," imbuhnya seperti dikutip dari AFP, Jumat (12/4/2019).
Dia mengatakan udara dipenuhi dengan bau menyengat dari daging manusia yang terbakar.
Pejabat senior polisi Abdul Razaq Cheema mengatakan ledakan itu menargetkan lingkungan Hazarganji di Quetta.
Hazara membentuk sekitar 500.000 dari 2,3 juta penduduk kota. Hazara, yang ciri-ciri Asia Tengahnya membuatnya mudah dikenali, adalah sasaran empuk bagi militan Sunni, yang menganggap mereka penganut bidah.
Kelompok ini kerap menjadi sasaran sehingga mereka dipaksa untuk tinggal di dua kantong yang dilindungi di kota dan diberikan pengawalan polisi setiap hari ke pasar untuk menyimpan persediaan.
Amnesty International (AI) mengatakan ledakan itu adalah
"pengingat menyakitkan" dari banyak serangan yang diderita oleh
komunitas Hazara di Quetta selama bertahun-tahun. AI menyerukan pemerintah
Perdana Menteri Imran Khan untuk memberi mereka perlindungan yang lebih baik.
"Setiap kali, ada janji bahwa akan ada lebih banyak yang dilakukan untuk melindungi mereka, dan setiap kali janji-janji itu gagal terwujud," tulis Omar Waraich, wakil direktur Amnesty untuk Asia Selatan.
Kekerasan di Pakistan telah menurun secara signifikan sejak serangan militan paling mematikan di negara itu, serangan terhadap sebuah sekolah di kota barat laut Peshawar pada tahun 2014 yang menewaskan lebih dari 150 orang, kebanyakan dari mereka anak-anak.
"Setiap kali, ada janji bahwa akan ada lebih banyak yang dilakukan untuk melindungi mereka, dan setiap kali janji-janji itu gagal terwujud," tulis Omar Waraich, wakil direktur Amnesty untuk Asia Selatan.
Kekerasan di Pakistan telah menurun secara signifikan sejak serangan militan paling mematikan di negara itu, serangan terhadap sebuah sekolah di kota barat laut Peshawar pada tahun 2014 yang menewaskan lebih dari 150 orang, kebanyakan dari mereka anak-anak.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar